Orang tua tentu ingin anaknya tumbuh menjadi orang yang sukses. Saya pribadi misalnya, berharap anak-anak saya bisa bertahan di tengah ketatnya persaingan di masa depan. Paling enggak, mereka punya dorongan untuk terus menerus menjadi orang yang lebih baik. Keinginan semacam itu enggak akan bisa terbangun tanpa adanya motivasi. Menurut riset yang pernah saya baca, motivasi intrinsik atau dorongan yang datang dari dalam diri, akan jauh lebih kuat dan bertahan pada diri seseorang dibandingkan motivasi dari luar. Namun, membangun motivasi anak tentu enggak mudah. Terkadang prosesnya agak serba salah, terlalu mendorong bisa membuat anak merasa tertekan. Akan tetapi, jika kita terlalu memberi keleluasaan, enggak semua anak mampu untuk bisa menumbuhkan motivasinya sendiri. Itu kenapa peran orang tua sangat penting. Bukan hanya sebagai role model, tapi juga sebagai pemantik motivasi anak itu sendiri. Mengapa Motivasi Intrinsik Lebih Bertahan? Motivasi intrinsik adalah motivasi yang bersu
"Mi, kapan aku masuk sekolah? Bosen....," suatu hari kakak mulai protes. Akibat di- prank dengan jadwal liburan yang tiba-tiba maju, saya enggak sempat mempersiapkan rencana liburan buat anak-anak. Betul saja, di minggu kedua liburan, anak-anak terutama si kakak sudah mengeluh bosan. Mau keluar kota lagi kok riskan karena mulai naik lagi nih kasus covid-nya. Akhirnya, kami putuskan untuk beraktivitas di daerah yang dekat saja. Mau main di sekitaran Bogor kok bosan, jadilah kita jalan-jalan ke Jakarta. Awalnya, kami ingin naik MRT dan Transjakarta, sambil bawa anak-anak keliling kota. Namun, sekali lagi, gara-gara kasus mulai naik, kami rasa akan berisiko kalau ajak anak-anak naik kendaraan umum. Akhirnya, kami memutuskan untuk ajak mereka berkunjung ke Perpustakaan Nasional alias Perpusnas naik mobil pribadi. Mereka langsung semangat dong pas tahu mau diajak ke perpustakaan. Berhubung anak-anak saya gandrung banget baca buku. Mereka senang, kami pun senang bisa ajak anak-ana