
Rani sedang merasa gundah. Akmal, anaknya yang baru berusia 7 tahun kedapatan berbohong kepadanya. Akmal meminta sejumlah uang yang katanya untuk membeli Lembar Kerja Siswa (LKS) baru, namun saat dikonfirmasi kepada guru Akmal, ternyata belum ada rencana untuk mengganti LKS yang digunakan sekarang. Tak jauh berbeda dengan Rani, Asti pun dibuat resah oleh anaknya Icha. Siang tadi Asti menemukan vas kesayangannya pecah berantakan, saat ia bertanya kepada Icha, Icha bilang tadi ada kucing yang menyenggol vas bunga milik Asti. Bukan permasalahan vas bunga pecah yang membuat Asti resah, tapi ia merasa cukup terkejut karena anaknya yang baru berusia 3 tahun sudah bisa berbohong.
Sebagai orang tua, kita mungkin pernah dihadapkan pada situasi yang mirip dengan ilustrasi di atas. Ketika anak berbohong, kita pasti bertanya-tanya, bagaimana bisa anak kita berbohong padahal kita selalu berusaha mengajarkan hal yang baik kepada anak kita.
Tidak seperti orang dewasa yang kebanyakan berbohong untuk menutupi kesalahan, anak-anak berbohong karena alasan yang lebih praktis. Beberapa alasan umum seorang anak berbohong adalah sebagai berikut:
- Anak berbohong karena ia takut mendapatkan masalah.
- Memori anak yang masih terbatas membuat anak tidak dapat mengingat detail kejadian sebenarnya.
- Anak-anak memiliki imajinasi yang tak terbatas.
- Anak berbohong untuk menghindari tugas tertentu.
- Anak berbohong karena merasa malu.
- Anak berbohong karena ia merasa kecewa atas tindakan dan pilihannya.
- Anak berbohong karena ia melihat orang dewasa berbohong.
- Anak berbohong karena ia ingin diterima oleh kelompoknya (peer group).
Secara natural, sebagai orang tua kita pasti merasa kecewa dan marah ketika mengetahui anak kita berbohong. Tapi tahukah moms, kalau anak sudah dapat berbohong sejak ia berusia 3 tahun? Sebuah studi bahkan menunjukan ketika anak berbohong di usia dini, anak tersebut menunjukan tingkat intelegensi yang lebih tinggi. Namun secara moral, kita tentu tidak dapat membiarkan anak kita berbohong. Kita perlu meluruskan perilaku anak kita.
Lalu bagaimana seharusnya kita bereaksi ketika anak berbohong?
Pertama, jangan langsung bersikap reaktif, misalnya dengan menunjukan kemarahan atau mencecar pertanyaan. Anak kebanyakan berbohong karena ia tidak ingin mengecewakan orang tuanya ketika ia berbuat salah. Misalnya pada ilustrasi di atas, setelah Rani menemukan bahwa anaknya Akmal berbohong. Rani dapat mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan kebohongan anaknya, tapi tidak dalam konteks menuduh, seperti "Tadi bu guru Akmal menelephon, katanya Akmal tidak jadi ganti LKS baru ya? ".
Kedua yakinkan anak kalau moms lebih menyukai dan menghargai kalau ia berkata jujur. Misalnya pada kasus Akmal, Rani dapat menanyakan pada waktu yang berbeda,
"Berarti uang yang ibu berikan tidak terpakai ya? Uangnya masih Akmal simpan?"
"Ibu senang deh kalau Akmal yang memberitahu sejak awal kalau Akmal tidak jadi ganti LKS", dan seterusnya.
Ketiga, pahami emosi anak saat berbohong. Ketika anak berbohong, biasanya ada emosi yang terkandung di dalamnya. Apakah itu rasa takut, frustasi atau bingung. Kenali dan temukan persoalan yang sebenarnya, sehingga moms dapat menentukan reaksi yang sesuai atas perilaku anak.
Keempat, tawarkan alternatif solusi. Anak masih memiliki kapasitas yang terbatas dalam mencari solusi dari permasalahannya. Secara natural anak hanya akan bereaksi secara sederhana yaitu antara melawan, melarikan diri atau terdiam (fight, flight, freeze mode) ketika menghadapi permasalahan. Maka coba tawarkan 3 alternatif solusi. Misalnya pada kasus Akmal, Rani dapat menyampaikan,
"Sepertinya Akmal sedang butuh uang ya? Lain kali kalau Akmal butuh uang, Akmal bisa minta langsung ke ibu, atau Akmal menabung dari uang jajan yang ibu berikan atau Akmal mungkin bisa belajar jualan di sekolah."
Minta anak untuk memilih dari ketiga alternatif yang moms berikan dan berikan dorongan pada anak untuk dapat menjalankan solusi yang dipilihnya.
Kelima, jelaskan pada anak bahwa sangat wajar bagi manusia untuk melakukan kesalahan dan moms akan tetap mencintai ia apa pun yang terjadi. Jelaskan juga pada anak ketika kita berbuat kesalahan, sangat penting untuk mengakui dan mencoba memperbaikinya. Ajak anak untuk membuka diri pada kedua orang tuanya, yakinkan anak bahwa moms adalah tempat terpercaya yang dapat membantu menemukan solusi atas permasalahannya.
Keenam, jadilah tauladan yang baik bagi anak. Ketika anak melihat orang tuanya mudah berkata bohong, maka ia akan belajar bahwa berbohong adalah perilaku yang wajar. Berusalah untuk senantisa jujur meskipun untuk hal-hal yang remeh. Jangan berbohong kepada orang lain apalagi membohongi anak. Hargai kejujuran sebagai perilaku yang dijunjung tinggi. Berikan apresiasi pada anak setiap ia berkata jujur, hal tersebut akan memperkuat mindset anak bahwa berkata jujur lebih baik dibandingkan dengan berbohong.
Sumber:
www.momadvice.com
www.thrivingparents.net
Sumber gambar:
www.babysittingacademy.com
Komentar
Posting Komentar
Hai! Terima kasih sudah membaca artikel ini. Silahkan tinggalkan komentar untuk saran dan masukan atau jika Moms menyukai tulisan ini. Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar yah dan komentar Moms akan dimoderasi untuk kenyamanan pembaca blog ini. Salam! (^,^)