Langsung ke konten utama

KUNJUNGAN KE KUNTUM FARMFIELD: BERWISATA ALAM UNTUK MELATIH KEBERANIAN ANAK

Melakukan wisata keluarga dapat juga menjadi sarana belajar bagi si kecil. Pergi ke kebun binatang, wisata alam atau pergi ke museum, dapat menjadi sarana untuk menambah pengetahuan anak. Namun bagaimana dengan membangun karakter anak? Ternyata berwisata juga bisa menjadi sarana membangun karakter anak loh moms. Salah satunya dengan berkunjung ke Kuntum Farmfield.
Kuntum Farfield adalah salah satu tempat wisata yang berlokasi di Bogor Timur. Kuntum Farmfield adalah tempat agrowisata yang menawarkan fasilitas rekreasi alam untuk keluarga. 
Disini moms dapat mengajak si kecil untuk berinteraksi dengan hewan-hewan ternak, memberi makan hewan dan juga bercocok tanam. Keseruan bermain di Kuntum Farmfield diawali dengan sajian kolam-kolam ikan berisi ikan budidaya. Ikan-ikan seperti lele, ikan mas dan mujair dapat moms temui di sini. Moms bisa mengajak buah hati untuk memberi makan ikan-ikan tersebut dengan makanan ikan yang dijual oleh pengelola. Saya sempat mengajak anak saya untuk memberi makan ikan ketika berkunjung ke Kuntum Farmfield. Awalnya ia sempat tidak mau memberi makan ikan, namun setelah melihat saya mencontohkan dan ikan-ikan menyambut makanan yang saya berikan, anak saya akhirnya mau memberikan makan pada ikan. Anak saya pun kelihatan senang sekali melihat ikan-ikan yang berkumpul saling berebut makanan. 
Setelah puas bermain bersama ikan,  saya mengajak anak saya menuju kandang kelinci. Kandang berukuran sekitar 3x4 meter itu diisi dengan beberapa ekor kelinci yang dilepas dengan bebas. Pengunjung dapat memasuki kandang tersebut dan memberi makan sayur kepada kelinci. Anak saya awalnya merasa takut untuk memegang kelinci, kemudian saya mulai memberi dorongan dengan mencontohkan memegang kelinci dan memberinya makan. Ternyata anak saya hanya mau memegang sedikit saja sambil menunjukan ekspresi geli. Sebagai orang tua, saya tidak ingin memaksa anak. Saya biarkan anak saya bereksplorasi senyamannya, karena saya yakin perlahan-lahan keberanian anak saya pun akan tumbuh dengan sendirinya. 
Ternyata hal itu memang terbukti, ketika kami mengunjungi kandang domba. Saya ajak anak saya untuk masuk dan memberikan makan pada beberapa ekor domba. Diantara domba-domba tersebut ada domba yang besar dan ada pula yang kecil. Domba yang masih kecil itu kelihatan riang sekali. Saya sempat khawatir anak saya tertabrak anak domba yang riang meloncat kesana kemari. Anak saya terlihat begitu menikmati kegiatannya memberi makan domba. Ia sudah tidak terlalu takut lagi mendekati hewan-hewan yang ada. Bahkan anak saya berani untuk mengelus bulu domba. Setelah mengunjungi beberapa kandang hewan, seperti kandang sapi, kambing dan marmut,  anak saya baru terlihat menikmati aktifitas di Kuntum Farmfield ini. Ia mulai berani berinisiatif memegang hewan yang ada. Setelah puas berkeliling, melihat kebun sayur yang ada di bagian belakang Kuntum Farmfield, kami pun mengakhiri wisata kami dengan berbelanja tanaman hias untuk melengkapi koleksi di rumah. Kalau ini sih saya yang paling menikmati,  karena ada beragam tanaman hias yang dapat saya pilih dan semuanya tampak cantik. 
Perjalanan wisata kami ke Kuntum Farmfield membawa kesan tersendiri, terutama bagi anak saya. Karena ini kali pertamanya berinteraksi dengan hewan-hewan. Meskipun awalnya takut, tapi setelah diberi dorongan anak saya pun tumbuh keberaniannya. Berwisata bisa kita manfaatkan, tidak hanya untuk bersenang-senang tapi juga untuk memberikan pembelajaran baru kepada buah hati. Dengan memberikan pengalaman langsung, anak dapat bebas bereksplorasi. Namun perlu diingat untuk tidak memaksakan anak langsung mau atau bisa. Semua membutuhkan proses, maka biarkan anak mengeksplorasi senyamannya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CARA MEMBUAT ECO ENZYME

Setelah berkomitmen untuk belajar gaya hidup hijau, keluarga kami mulai mengkonversi segala produk yang dapat merusak lingkungan, salah satunya adalah sabun. Setelah berhasil membuat sabun lerak, saya pun penasaran membuat jenis sabun lainnya. Kali ini sedikit lebih ekstrem, saya membuatnya dari sampah organik rumah tangga. Dari sampah bisa jadi bahan pembersih? Masa sih? Bisa saja.  Baca juga:  MENCUCI DENGAN SABUN LERAK Dikembangkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong, eco enzyme atau cairan organik dari olahan sampah organik rumah tangga bisa dibuat sebagai bahan pembersih. Apa itu eco enzyme? Eco enzyme adalah hasil olahan limbah dapur yang difermentasi dengan menggunakan gula. Limbah dapur dapat berupa ampas buah dan sayuran. Gula yang digunakan pun bisa gula apa saja, seperti gula tebu, aren, brown sugar,dll). Saya pribadi belum berani bikin dari ampas dapur yang aneh-aneh. Saya buat dari kulit buah jeruk dan apel. Agar hasil eco enzyme-nya wangi,hehe. Cara membuat eco

MENGATASI DERMATITIS ATOPIK PADA ORANG DEWASA

Moms yang punya anak bayi mungkin sudah familiar dengan istilah Dermatitis Atopik atau Eczema. Dermatitis atopik adalah kondisi kulit kronis yang menyebabkan serangan gatal-gatal yang kemudian menyebabkan kulit menjadi kering keabuan dan pecah hingga berdarah. Kondisi dermatitis atopik ini umumnya muncul pada bayi dan menghilang seiring dengan pertambahan usia anak. Tapi, tahukah, Moms, kalau ternyata dermatitis atopik juga dapat menyerang orang dewasa? Itulah yang terjadi pada saya, riwayat alergi dan asma yang menurun dari si mamah membuat saya menderita penyakit kulit ini.  dermatitis atopik pada orang dewasa biasanya muncul pada rentang usia 20-30an. Awalnya kulit saya biasa saja. Namun, sekitar tahun 2016, muncul beberapa lenting kecil di jari manis yang kemudian menyebar di seluruh tangan kiri. Lenting atau benjol kecil iti biasanya pecah atau mengering sendiri menjadi kulit yang terkelupas. Tak jarang, kulit terkelupas ini juga meninggalkan luka yang sampai berdarah.

BERKUNJUNG KE KEBUN RAYA BOGOR DI TENGAH PANDEMI

Sejak corona merebak, praktis selama nyaris lima bulan, kami betul-betul di rumah saja. Pergi ke minimarket pun bisa dihitung pakai jari satu tangan. Saya yang biasanya lebih suka di rumah, bahkan sudah mulai jengah. Indikatornya terlihat ketika saya gampang banget marah-marah. Si sulung juga mulai rungsing, pasalnya saya enggak izinkan ia untuk main sepeda sama teman-temannya. Bukan apa-apa, anak-anak masih sangat teledor menjaga kebersihan. Pernah sekali saya izinkan si sulung dan si tengah untuk main bareng teman-temannya. Baru beberapa menit keluar, maskernya sudah entah kemana. Saya dan suami memang berencana untuk mengajak anak-anak untuk berwisata ke Kebun Raya Bogor. Pertimbangannya karena lokasi yang dekat dengan rumah ditambah ruang terbuka yang kami asumsikan lebih aman untuk menjaga diri dari paparan corona. Itu pun maju mundur. Baru berniat pergi di awal minggu, tiba-tiba lihat di media kasus corona bertambah lebih dari seribu. Ciut saya tuh ... daripada