Langsung ke konten utama

MENUMBUHKAN MINAT BACA ANAK DI ERA DIGITAL

Pixabay.com
 "Ma, aku mau nonton baby shark", rengek Syakira  

"Loh, masih pagi kok sudah mau nonton Youtube? Sarapan dulu dong!", ucap Mama 

"Pokoknya mau baby shark! Mau baby shark!", Syakira semakin merengek. 

Situasi di atas sepertinya sangat familiar untuk orang tua zaman sekarang. Gawai menjadi alat yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Di era digital sekarang ini, gawai tidak hanya menjadi kebutuhan orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukan pengguna internet pada anak usia 10-14 tahun berjumlah 768 juta jiwa. Angka yang tidak sedikit dan terbilang mengejutkan, karena pada usia tersebut anak sudah aktif menggunakan gawai. Dilansir dari www.vivanews.co.id, pengguna internet pada rentang usia tersebut rata-rata mengakses aplikasi video seperti Youtube. 

Kondisi tersebut menjadi memprihatinkan dikala minat baca masyarakat indonesia yang menduduki peringkat 60 dari 61 negara (survei dari studi Most Littered Nation In the World 2016). Buku pun terkalahkan dengan keberadaan gawai. Membaca buku bukan menjadi aktifitas yang dilirik anak karena dianggap membosankan. Rendahnya minat baca anak bisa terjadi akibat anak kurang diperkenalkan dengan buku sejak dini. 
Menumbuhkan kecintaan anak terhadap membaca sejak dini
Memperkenalkan buku kepada anak sebenarnya bisa dilakukan dengan beberapa cara yang sangat mudah, seperti yang telah saya lakukan bersama anak saya berikut ini:

Pertama, menjadi role model bagi anak. Orang tua tentu akan sulit menumbuhkan kecintaan anak terhadap buku apabila dirinya sendiri tidak cinta membaca. Itu kenapa saya menunjukan kesukaan saya terhadap membaca kepada anak saya. Misalnya dengan lebih banyak membaca buku dibandingkan bermain gawai. Aktifitas saya yang asik dengan buku pun menumbuhkan rasa penasaran anak saya, sehingga ia mulai tertarik berkenalan dengan buku. 

Kedua, ajak anak untuk pergi ke toko buku dan perpustakaan. Saat ini, aktifitas di toko buku dan perpustakaan tidak hanya selalu membaca. Tempat-tempat tersebut sering kali mengadakan acara-acara seperti mendongeng. Biarkan anak untuk familiar dengan toko buku dan perpustakaan. Tanamkan mindset kalau menghabiskan waktu di tempat-tempat tersebut tidaklah membosankan. Dengan begitu anak akan tergerak untuk sering datang dan mau mengenal buku lebih jauh. 

Ketiga, ajak anak untuk memilih buku kesukaannya. Ketika anak sudah mau berkenalan dengan buku, maka ini saatnya orang tua untuk mengajak ia memilih bukunya sendiri. Biarkan anak memilih buku kesukaannya, agar ia terdorong untuk membaca buku yang dipilihnya sendiri. 

Keempat, bacakan cerita. Menumbuhkan minat baca anak dapat pula dilakukan melalui membacakan cerita. Membacakan cerita pada anak memiliki banyak manfaat. Selain menumbuhkan minat baca, membacakan cerita juga dapat membantu anak untuk mencapai prestasi yang lebih baik di sekolah. Melalui bukunya Read aloud Handbook, Jim Trelease memaparkan sebuah studi yang dilakukan pada 150.000 murid kelas IV di Amerika. Hasil studi tersebut menunjukan bahwa murid yang dibacakan cerita setiap harinya di rumah menunjukan adanya peningkatan prestasi belajar sebanyak 30% dibandingkan dengan murid yang tidak dibacakan cerita.

Kelima, menjadikan buku sebagai media bermain. Buku tidak hanya dapat dibaca, tapi juga dapat menjadi media bermain literasi. Misalnya melakukan permainan mencari kata atau menghitung kata. Dengan begitu anak juga merasakan aktifitas yang lebih interaktif dengan buku, sehingga diharapkan kecintaan anak terhadap buku akan tumbuh dengan sendirinya. 

Buku adalah jendela pengetahuan, maka sangat penting untuk menubuhkan kecintaan anak terhadap buku sedini mungkin. Menumbuhkan kecintaan anak terhadap buku harus dimulai dari rumah. Tentunya dengan keterlibatan kedua orang tua yang berperan aktif dalam memperkenalkan buku kepada anak. Sehingga buku pun dapat menjadi #sahabatkeluarga di rumah. 

Sumber:
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/Buku Sebagai Media Bermain Literasi
www.vivanews.co.id
www.tirto.id
Trelease, Jim, Read Aloud Handbook, Noura Publishing,2017.

Komentar

  1. Bunda Erysha (yenisovia.com)3 April 2018 03.59

    MasyaAllah blog bunda makin kece aja. Saya suka 😍. Ganti template kah atau masih yang dulu. Yg pasti blog bunda smakin lbh bagus dari konten dan kenyamanan pembacanya. Kerennn 👍😉. Sudah tertarikkah Bunda berdomain? Soalnya blognya udh bgus heee. Oh ya ngomongin soal baca. Allhamdulillah dari bayi anak saya Erysha sudah saya kenalkan membaca. Jadi dari usia 7 bulan Erysh sudah tertarik dan punya minat baca yg tinggi trhadap buku. Jujur trkdang bkin kami sbg ortu kewalahan hihihi. Skrg Erysha sudah 2 thn 1 bulan. Jdi klo emaknya lgi ngrjain krjaan rumah. Dia tiba2 suka asyik baca buku sndiri dr gbr yg dia lihat. Mmnca bgtu tnpa disuruh atau. Tpi udah minat sndiri jdinya. Allhamdulillah ❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Positive Mom3 April 2018 13.33

      Alhamdulillah bun.. Belajar dari bunda erysha juga nih😄. Akhirnya sy ganti template dan utak atik sedikit template-nya sebisa sy, jadinya seperti ini deh. Sy jg sdh langgana domain melalui blogger krn mau serius ngeblog-nya😁. Sambil belajar menata konten dan layout agar lebih bagus. Biar bisa sekeren bunda erysha😍.

      Senang ya bun, kl anak sdh mau membaca mandiri. Walaupun kadang rmh jadi berantakan krn buku yg habis dibaca berserakan, hehe.

      Hapus
  • Sekarang bahkan anak-anak lebih suka mencari informasi melalui google dari pada harus repot-repot mencari di buku😑

    BalasHapus
    Balasan
    1. Positive Mom1 November 2018 11.46

      Sebetulnya bisa dicombine sih Mom. Digital enggak selalu buruk, asal bijak menggunakannya. Sekarang juga mulai tren buku digital, selain lebih ramah lingkungan karena hemat kertas juga menyesuaikan dengan generasi milenial yg kayaknya lebih akrab sama gadget.

      Hapus
  • Tertarik sama buku Read Aloud Handbooknya mbak, written in English kah?
    Btw saya belum punya anak tapi sudah gak sabar mau ngajak anak saya kelak (Aamiin) untuk baca buku bareng :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah ada terjemahannya mbak... Aku belinya juga di Gramedia kok... :)

      Hapus
  • fanny_dcatqueen24 Februari 2019 23.07

    alhamdulillah anak2ku mulai ketularan hobi membaca kayak aku. trutama si kaka. mungkin krn dr dlm kandungan akupun udh sering bacain buku2 yg aku beli utk mereka pas lahir. pas ultah, kado yg paling mereka tunggu dtg ke toko buku dan mereka bebas memilih apapun sampe ga kuat membawa keranjangnya. Cuma si adek yg msh ttp suka gadget walopun dia juga seneng buku. agak susah sih si bungsu ini. beda ama kakanya yg lbh gampang diajarin disiplin gadget :D. tp aku ga bakal nyerah. pelan2 mau ttp terapin aturan kapan boleh membuka gadget. biar gmn, aku ga mau jg mata anak2 jd sakit dan minus kayak emaknya :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow! Keren banget dari dalam kandungan sdh dibacain cerita. Betul sih Moms, memang kecintaan pada buku harus ditumbuhkan sejak dini. Semoga si bungsu bisa mengurangi gadget dan lebih suka baca ya.... :)

      Hapus

Posting Komentar

Hai! Terima kasih sudah membaca artikel ini. Silahkan tinggalkan komentar untuk saran dan masukan atau jika Moms menyukai tulisan ini. Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar yah dan komentar Moms akan dimoderasi untuk kenyamanan pembaca blog ini. Salam! (^,^)

Postingan populer dari blog ini

CARA MEMBUAT ECO ENZYME

Setelah berkomitmen untuk belajar gaya hidup hijau, keluarga kami mulai mengkonversi segala produk yang dapat merusak lingkungan, salah satunya adalah sabun. Setelah berhasil membuat sabun lerak, saya pun penasaran membuat jenis sabun lainnya. Kali ini sedikit lebih ekstrem, saya membuatnya dari sampah organik rumah tangga. Dari sampah bisa jadi bahan pembersih? Masa sih? Bisa saja.  Baca juga:  MENCUCI DENGAN SABUN LERAK Dikembangkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong, eco enzyme atau cairan organik dari olahan sampah organik rumah tangga bisa dibuat sebagai bahan pembersih. Apa itu eco enzyme? Eco enzyme adalah hasil olahan limbah dapur yang difermentasi dengan menggunakan gula. Limbah dapur dapat berupa ampas buah dan sayuran. Gula yang digunakan pun bisa gula apa saja, seperti gula tebu, aren, brown sugar,dll). Saya pribadi belum berani bikin dari ampas dapur yang aneh-aneh. Saya buat dari kulit buah jeruk dan apel. Agar hasil eco enzyme-nya wangi,hehe. Cara membuat eco

MENGATASI DERMATITIS ATOPIK PADA ORANG DEWASA

Moms yang punya anak bayi mungkin sudah familiar dengan istilah Dermatitis Atopik atau Eczema. Dermatitis atopik adalah kondisi kulit kronis yang menyebabkan serangan gatal-gatal yang kemudian menyebabkan kulit menjadi kering keabuan dan pecah hingga berdarah. Kondisi dermatitis atopik ini umumnya muncul pada bayi dan menghilang seiring dengan pertambahan usia anak. Tapi, tahukah, Moms, kalau ternyata dermatitis atopik juga dapat menyerang orang dewasa? Itulah yang terjadi pada saya, riwayat alergi dan asma yang menurun dari si mamah membuat saya menderita penyakit kulit ini.  dermatitis atopik pada orang dewasa biasanya muncul pada rentang usia 20-30an. Awalnya kulit saya biasa saja. Namun, sekitar tahun 2016, muncul beberapa lenting kecil di jari manis yang kemudian menyebar di seluruh tangan kiri. Lenting atau benjol kecil iti biasanya pecah atau mengering sendiri menjadi kulit yang terkelupas. Tak jarang, kulit terkelupas ini juga meninggalkan luka yang sampai berdarah.

BERKUNJUNG KE KEBUN RAYA BOGOR DI TENGAH PANDEMI

Sejak corona merebak, praktis selama nyaris lima bulan, kami betul-betul di rumah saja. Pergi ke minimarket pun bisa dihitung pakai jari satu tangan. Saya yang biasanya lebih suka di rumah, bahkan sudah mulai jengah. Indikatornya terlihat ketika saya gampang banget marah-marah. Si sulung juga mulai rungsing, pasalnya saya enggak izinkan ia untuk main sepeda sama teman-temannya. Bukan apa-apa, anak-anak masih sangat teledor menjaga kebersihan. Pernah sekali saya izinkan si sulung dan si tengah untuk main bareng teman-temannya. Baru beberapa menit keluar, maskernya sudah entah kemana. Saya dan suami memang berencana untuk mengajak anak-anak untuk berwisata ke Kebun Raya Bogor. Pertimbangannya karena lokasi yang dekat dengan rumah ditambah ruang terbuka yang kami asumsikan lebih aman untuk menjaga diri dari paparan corona. Itu pun maju mundur. Baru berniat pergi di awal minggu, tiba-tiba lihat di media kasus corona bertambah lebih dari seribu. Ciut saya tuh ... daripada