Langsung ke konten utama

STIMULASI KECERDASAN ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN

Anak mana sih yang enggak suka bermain? Anak-anak pada umumnya pasti sangat senang bermain, apakah itu permainan indoor atau outdoor, apakah itu main sendiri atau berkelompok. Tidak ada anak yang tidak suka bermain. Bermain memang merupakan hal yang menyenangkan bagi siapa pun. Tapi ternyata selain menyenangkan, bermain bisa menjadi media untuk menstimulasi kecerdasan anak loh moms. Sabtu kemarin saya hadir di sebuah acara parenting class dengan narasumber Belinda Agustya, seorang psikolog anak dan terapis bermain tersertifikasi. Berikut akan saya coba bagi pemaparannya ya moms. Semoga bermanfaat! :)
Pemaparan oleh psikolog Belinda Agustya
Bermain itu merupakan aktivitas yang dilakukan anak dengan tujuan bersenang-senang. Jadi.. Kata kuncinya harus menyenangkan ya moms. Kalau anak dipaksa bermain mainan yang enggak dia sukai lalu enggak enjoy, namanya bukan bermain. Nah.. Stimulasi anak dengan bermain tidak hanya berasal dari eksplorasi anak terhadap lingkungannya, tapi juga dari kedua orang tuanya. 

Kenapa sih keberadaan kedua orang tua ini penting? 

Karena bermain juga menjadi media untuk mengikat emosi anak dengan kedua orang tuanya. Dengan demikian, mendampingi anak saat bermain sama dengan membangun kedekatan antara orang tua dan anak. Saat anak telah "jatuh cinta" kepada kedua orang tuanya maka akan mudah bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai dan pendidikan kepada anak.
Memberikan stimulasi permainan kepada anak juga harus mengikuti perkembangan usianya. Karena di setiap tahapan perkembangan, stimulasi yang diberikan kepada anak tentu juga berbeda. Berikut ini adalah milestone perkembangan kemampuan bermain anak sesuai dengan tahapan usianya:

Usia 1-3 bulan
Pada usia ini anak baru tertarik dengan dirinya sendiri. Itu kenapa pada usia ini anak banyak mengeksplorasi tubuhnya sendiri seperti mengangkat kaki, mengemut tangan dan sebagainya. Pada usia ini organ sensori anak juga mulai berkembang. Dari sebelumnya yang hanya dalam bentuk reflek menjadi respon terhadap lingkungan. Moms dapat memberikan mainan-mainan yang menstimulasi panca indera anak, seperti mainan yang mengeluarkan suara-suara, mainan dengan warna yang kontras dan cermin. 

Usia 4-8 bulan
Anak usia ini sudah mulai tertarik dengan dunia di luar dirinya. Anak mulai tertarik untuk mengeksplorasi lingkungan. Maka tidak heran kalau di tahap ini anak senang melempar atau mengemut mainannya. Moms bisa mulai memberikan stimulus mainan yang lebih beragam. Stimulasi semua panca inderanya dengan memberikan mainan yang memiliki warna, bunyi dan tekstur berbeda. Di usia ini anak juga mulai dapat menyusun balok-balok. 
Contoh permainan sederhana untuk menstimulasi indera peraba

Usia 8-12 bulan
Pada fase ini anak biasanya sudah mahir marangkak bahkan berjalan. Ruang eksplorasi untuk anak usia ini perlu diperluas. Di usia ini anak juga mulai belajar memecahkan masalah dan senang mencari tahu cara kerja sebuah benda dengan menarik dan mendorong. Pada usia 8-12 bulan anak mulai memahami object permanent. Object permanent adalah pemahaman bahwa sebuah benda tetap berada di tempatnya saat benda tersebut terhalang oleh benda lainnya. Moms dapat memberikan finger food pada usia ini sebagai media eksplorasi tekstur, indera perasa dan pengelihatan. Anak juga mulai dapat dilatih motorik halusnya dengan latihan menjumput atau menjepit dengan alat. Permainan ci luk ba juga bisa menjadi alternatif bermain untuk anak di usia ini loh moms. 
Mengajak anak untuk mengeksplorasi lingkungannya melalui finger painting

Usia 12-18 bulan
Anak usia ini senang sekali bermain pura-pura (pretend play). Pada usia ini anak mulai tahu fungsi benda, misalnya sepatu untuk dipakai di kaki, topi di pakai di kepala,  gelas untuk minum dan sebagainya. Anak juga sudah mulai bisa mengikuti instruksi sederhana, misalnya tolong ambilkan minum atau taruh gelas. Perkembangan verbal pada anak usia ini juga sangat pesat, itu mengapa moms perlu lebih banyak mengajak si kecil mengobrol untuk menambah kosakatanya. Memberikan mainan seperti boneka dan puzzle sederhana juga dapat menjadi pilihan permainan saat usia ini. 
Belajar tentang emosi melalui permainan sederhana

Usia 18-24 bulan
Pada usia ini anak mulai dapat menamai benda dan sudah dapat menggabungkan 2 kata atau lebih. Si kecil juga mulai mahir mengelompokan benda berdasarkan warna dan bentuk. Anak juga mampu memasangkan sesuatu ke tempatnya. Di usia ini anak sudah mulai bisa diberikan permainan yang lebih kompleks loh moms seperti potongan puzzle dan memory game

Kapan pun fase usia anak, yang paling penting adalah kehadiran orang tua dalam mendampingi anak saat bermain. Enggak perlu permainan yang mahal, memanfaatkan benda-benda di rumah yang sederhana pun dapat dilakukan. Tapi pastikan permainannya aman ya moms. Sesekali memberi ruang pada anak untuk bermain mandiri juga perlu untuk mengasah kreatifitasnya. Namun untuk kesiapan sekolah, anak perlu diperkenalkan dengan permainan yang lebih terstruktur agar ia terbiasa. 
Bonus foto: narsis bareng narasumber

Semoga pemaparannya cukup jelas dan bermanfaat ya moms. Selamat bermain bersama buah hati tercinta! 

Komentar

  1. si dini di sini26 April 2018 23.11

    Setuju sama postingannya. Apapun mainannya anak lebih suka main sama orang tuanya

    -dini // sejenakberceloteh.com-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Positive Mom27 April 2018 20.45

      Yes bun! 💪 bonusnya ortu akan dpt kejutan manis dari perkembangan anaknya. Tiba2 anak sdh makin pintar dr hari ke hari😊

      Hapus

Posting Komentar

Hai! Terima kasih sudah membaca artikel ini. Silahkan tinggalkan komentar untuk saran dan masukan atau jika Moms menyukai tulisan ini. Mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar yah dan komentar Moms akan dimoderasi untuk kenyamanan pembaca blog ini. Salam! (^,^)

Postingan populer dari blog ini

CARA MEMBUAT ECO ENZYME

Setelah berkomitmen untuk belajar gaya hidup hijau, keluarga kami mulai mengkonversi segala produk yang dapat merusak lingkungan, salah satunya adalah sabun. Setelah berhasil membuat sabun lerak, saya pun penasaran membuat jenis sabun lainnya. Kali ini sedikit lebih ekstrem, saya membuatnya dari sampah organik rumah tangga. Dari sampah bisa jadi bahan pembersih? Masa sih? Bisa saja.  Baca juga:  MENCUCI DENGAN SABUN LERAK Dikembangkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong, eco enzyme atau cairan organik dari olahan sampah organik rumah tangga bisa dibuat sebagai bahan pembersih. Apa itu eco enzyme? Eco enzyme adalah hasil olahan limbah dapur yang difermentasi dengan menggunakan gula. Limbah dapur dapat berupa ampas buah dan sayuran. Gula yang digunakan pun bisa gula apa saja, seperti gula tebu, aren, brown sugar,dll). Saya pribadi belum berani bikin dari ampas dapur yang aneh-aneh. Saya buat dari kulit buah jeruk dan apel. Agar hasil eco enzyme-nya wangi,hehe. Cara membuat eco

MENGATASI DERMATITIS ATOPIK PADA ORANG DEWASA

Moms yang punya anak bayi mungkin sudah familiar dengan istilah Dermatitis Atopik atau Eczema. Dermatitis atopik adalah kondisi kulit kronis yang menyebabkan serangan gatal-gatal yang kemudian menyebabkan kulit menjadi kering keabuan dan pecah hingga berdarah. Kondisi dermatitis atopik ini umumnya muncul pada bayi dan menghilang seiring dengan pertambahan usia anak. Tapi, tahukah, Moms, kalau ternyata dermatitis atopik juga dapat menyerang orang dewasa? Itulah yang terjadi pada saya, riwayat alergi dan asma yang menurun dari si mamah membuat saya menderita penyakit kulit ini.  dermatitis atopik pada orang dewasa biasanya muncul pada rentang usia 20-30an. Awalnya kulit saya biasa saja. Namun, sekitar tahun 2016, muncul beberapa lenting kecil di jari manis yang kemudian menyebar di seluruh tangan kiri. Lenting atau benjol kecil iti biasanya pecah atau mengering sendiri menjadi kulit yang terkelupas. Tak jarang, kulit terkelupas ini juga meninggalkan luka yang sampai berdarah.

BERKUNJUNG KE KEBUN RAYA BOGOR DI TENGAH PANDEMI

Sejak corona merebak, praktis selama nyaris lima bulan, kami betul-betul di rumah saja. Pergi ke minimarket pun bisa dihitung pakai jari satu tangan. Saya yang biasanya lebih suka di rumah, bahkan sudah mulai jengah. Indikatornya terlihat ketika saya gampang banget marah-marah. Si sulung juga mulai rungsing, pasalnya saya enggak izinkan ia untuk main sepeda sama teman-temannya. Bukan apa-apa, anak-anak masih sangat teledor menjaga kebersihan. Pernah sekali saya izinkan si sulung dan si tengah untuk main bareng teman-temannya. Baru beberapa menit keluar, maskernya sudah entah kemana. Saya dan suami memang berencana untuk mengajak anak-anak untuk berwisata ke Kebun Raya Bogor. Pertimbangannya karena lokasi yang dekat dengan rumah ditambah ruang terbuka yang kami asumsikan lebih aman untuk menjaga diri dari paparan corona. Itu pun maju mundur. Baru berniat pergi di awal minggu, tiba-tiba lihat di media kasus corona bertambah lebih dari seribu. Ciut saya tuh ... daripada