![]() |
Sumber: Pixabay |
Apa Moms pernah mendengar tentang toxic people? Toxic people adalah jenis orang yang perlu Moms hindari. Kenapa? Karena orang semacam ini senang merugikan orang lain, baik secara fisik maupun mental. Sebagai ibu yang perlu menjaga kewarasan,hehe, saya pun amat menjaga diri dari lingkungan yang negatif. Salah satu caranya, ya dengan menghindari para toxic people.
Bagi saya, sah saja kok kita memilih lingkaran pergaulan kita. Menurut penelitian David G. Mayers, ada banget lho, hubungan antara perasan nyaman kita terhadap lingkungan pergaulan dan dukungan orang terdekat terhadap kesehatan mental. Thats why? Being close with toxic people just poisoning you. Kita saja enggak mau menelan racun yang sudah jelas bisa membahayakan keselamatan fisik kita, tentunya kita enggak mau meneguk racun serupa yang bisa "mematikan" jiwa tho.
Kalau saya pribadi, sedapat mungkin mencari lingkungan yang bisa mensupport saya dan membuat saya bisa selalu merasa positif. Because i know me very well. Saya tuh paling mudah terpengaruh sama lingkungan di sekitar saya. Kalau lingkungannya baik, saya tentu akan terbawa baik, begitu pula sebaliknya.
Siapa saja sih para toxic people ini?
Tukang ngeluh
"Duh, panas banget!"
"Gila, enggak bisa lebih lama lagi apa ini nyetirnya? Lelet banget bawanya."
"Huhu... BT! Liat deh, di pipi gue ada jerawat gede banget"
Dari masalah cuaca, orang lain sampai dirinya sendiri, enggak pernah luput dari kesalahan,hehe. Semuaaaa dikeluhin, semacam orang paling menderita di dunia. Berada di dekat orang semacam ini, selain membuat lelah mendengarkan keluhannya, juga bisa membuat kita ketularan, lho. Tiba-tiba dunia jadi seperti enggak berpihak pada kita, pokoknya semua salah deh.
Hati-hati, jangan juga kita terjebak jadi orang seperti ini. Biasanya, maksud kita adalah curhat, tapi ternyata sebetulnya yang kita curhati itu hal remeh yang kita keluhkan saja. Jadi, curhat juga harus difilter ya Moms....
Tukang gosip
Tukang gosip tuh sering dikaitkan sama ibu-ibu. Which is, cap ini membuat saya agak tersinggung sih. Ibu-ibu yang mane maksud lo? Pada kenyataannya, banyak juga saya temui laki-laki yang suka pingin tahu urusan orang lain atau bahkan menyebarkan berita yang bukan urusannya. Kalau dosa, ya... Sudah pasti lah, mau beritanya betul jadi ghibah, kalau salah jadi fitnah. Tetap dosa dua-duanya deh.
![]() |
Berada di dekat tukang gosip, hanya tinggal menunggu waktu sampai kita jadi korban gosip berikutnya |
Namun, dalam masyarakat kita yang komunal, kepo sama urusan orang tuh memang jadi hal yang dianggap lumrah. Buat deh batasan-batasan pribadi untuk hal-hal yang perlu kita urusi atau enggak. Kalau masalah orang tersebut enggak berdampak sama sekali untuk diri kita, untuk apa juga kita menghabiskan energi untuk mengurusinya.
Tukang nyinyir
Kritik seharusnya membangun, kalau kritik hanya untuk membuka aib kekurangan atau kritik yang enggak pakai underlying alias kritik tanpa landasan, namanya nyinyir. Orang seperti ini bisa jadi iri atau sekadar cari "panggung" di lingkaran kita. Bisa juga orang seperti ini memang kurang kepekaannya.
Saya pernah baca sih, kalau orang dibesarkan dengan pujian dengan disertai merendahkan pihak lain, biasanya saat dewasa dia akan mudah menghina orang. Menjauhi orang seperti ini lebih baik, selain melindungi perasaan kita, orang seperti ini biasanya juga enggak terlalu disukai orang lain. Moms tentu enggak ingin berteman dengan public enemy kan?
![]() |
Sering kesal sama ucapan atau perilaku tertentu seseorang pada kita, tapi merasa enggak bisa berbuat apa-apa. Jangan-jangan ia salah satu jenis dari toxic people |
Merasa the center of the universe
Pernah enggak sih punya teman atau keluarga yang setiap kita curhat berakhir dengan kita yang justru mendengarkan cerita dia? Saya beberapa kali ketemu dengan orang seperti ini, lho. Mungkin kalau satu dua kali, orang tersebut melakukannya tanpa sadar, tapi kalau sudah sering kali, bisa jadi memang ia tipe orang yang selalu merasa urusannya yang paling penting. Hubungan yang suportif itu ditandai dengan saling mendengar bukan malah balapan ngomong. Kita kan punya dua telinga dan satu mulut, kenapa lebih susah mendengar daripada bicara?
Materialistis dan hedon
Kalau ini, kembali lagi ke tiap-tiap orang sih. Kalau saya pribadi, kurang nyaman berada dekat orang yang selalu membahas urusan materi. Apalagi ketika ia sampai tanya harga barang yang saya kenakan berapa. Menurut saya, hal seperti itu enggak sopan. Kecuali kalau kita jualan, boleh deh tuh nanya harga, terus closing deh,hehe.
Selain tipe orang yang selalu membahas materi, berdekatan sama orang yang terlalu hedon juga melelahkan. Maunya jalan-jalan terus, makan di luar terus, belanja belanji terus, wih... Rasanya butuh modal besar deh bergaul sama orang begini.
Tukang "sulap" (minjem tapi enggak balik-balik)
Ada yang saking dekatnya sampai melupakan batas-batas kepemilikan pribadi. Minjem barang enggak dibalikin atau minjem uang terus ya sudah tinggal diikhlasin. Menurut saya, bagaimana pun juga, orang pasti menghargai apa yang jadi miliknya. Kalau enggak, enggak mungkin dia beli atau gunakan. Kita juga jangan sampai terjebak menjadi orang seperti ini. Mentang-mentang santai, terus kita jadi seenaknya. Mungkin ada waktu dimana barang atau uang yang dipinjam akan dibutuhkan siempunya. Kalau sekali-sekali pinjam, ya... Enggak apa-apa, tapi kalau sudah jadi kebiasaan, mending dijauhi saja deh saran saya.
The opportunist
Orang semacam ini hanya akan dekat saat ada maunya, tapi ketika kita butuh, biasanya ia akan menghilang bersama debu,hehe. Berdekatan dengan si opportunist itu enggak ada untungnya sebenarnya, karena orang sepertinya cuma muncul ketika ia dalam kondisi susah dan butuh pertolongan kita. Terus, giliran kondisinya sebaliknya, kita enggak bisa minta pertolongan dia.
Orang yang sering (atau selalu) meledek pilihan hidup kita
Percayalah... Berada di dekat orang seperti ini tuh berbahaya. Saya punya orang terdekat yang suka melakukan hal ini pada saya. Setiap saya bilang, saya ingin melakukan ini, dia akan bilang,
"Jiah... Kamu mana bisa... Aku kan tau kamu tuh tipe orang kayak apa"
Lain waktu saya bilang mau melakukan itu,
"Orang kayak kamu mau jadi relawan? Tidur digigitin nyamuk aja enggak bisa"
Orang semacam ini hanya akan menghentikan langkah Moms. Padahal hidup juga milik kita tho, tapi dia yang ribet. Kalau kita berada di dekat orang seperti ini dan terpengaruh omongannya, bisa-bisa hidup kita enggak maju-maju dan kondisi yang paling parah, orang semacam ini bisa meruntuhkan kepercayaan diri Moms.
![]() |
Sebuah hubungan itu seharusnya membahagiakan, bahkan saat kita merasa susah, berada di dalam hubungan yang sehat dapat membantu mengobati kesusahan dan kesedihan kita |
Menghindari Toxic People
Cara paling mudah untuk hidup lebih positif bebas toxic people adalah dengan menghindarinya. Tapi terkadang, kondisinya memang enggak sesederhana itu. Bisa jadi si toxic people ini orang-orang yang berada dalam lingkaran terdekat kita.
Kalau masih bisa dihindari, baiknya dihindari. Kalau masih bisa diakali, mungkin bisa dikurangi intensitas interaksinya. Namun, kalau sama sekali enggak bisa dihindari, mungkin ini adalah ladang pahala buat Moms. Tetaplah berusaha untuk berpikir positif dan re-charge energi positif Moms dengan mencari lingkaran pergaulan lain yang lebih suportif. Semangat ya Moms!
Satu lagi mbaknya. Yang sering denial. Capek juga ngurusin tipe ini. Hahaha.. dikasih bukti konkrit tetep ngeles kayak bajaj. 😂😂😂😂😂 . Kalo gak bisa dihindari. Diemin aja palingan ya.. pake ilmu " yang waras ngalah 😂 "
BalasHapusHehe... Iya ya... Sebetulnya orang kayak gitu malah rugi sendiri deh. Karena enggak bisa nerimo dengan keadaan sebenarnya
HapusYap bener sekali, toxic people itu emang yang sering bikin kita insecure. Jauh jauh deh dari hidup saya. Haha.
BalasHapusBetul mbak... Jangan sampai ketularan ya,hehe
Hapus