Sumber gambar: Pexels.com Dulu, ketika saya memutuskan untuk resign , bayangan tentang menjadi ibu rumah tangga ideal sudah terasa di depan mata. Membayangkan waktu-waktu produktif yang saya habiskan bersama buah hati dengan bermain dan belajar sepanjang hari, juga rumah kinclong yang rapi jali. Di otak saya sudah berseliweran semacam kurikulum bermain yang akan saya persiapkan untuk si kakak. Yakin kehidupan saya dan kakak akan sangat berbeda dari sebelumnya. Kami akan menghabiskan banyak waktu berdua sambil menunggu abinya pulang. Sesulit apa sih? Dengan pengalaman meng- handle anak usia dini dan latar belakang pendidikan saya, tentu itu hal yang mudah (sambil hidung kembang kempis karena jumawa). Lalu, anak demi anak pun hadir. Semua yang awalnya terhandle sendiri tanpa asisten mulai keteteran. Boro-boro menyiapkan alat permainan untuk anak-anak. Cucian piring dan setrikaan tidak menggunung sudah syukur. Apa saya tergoda untuk pakai asisten? Tentu tidak! Masa begi