"Ummi... malam ini aku mau baca yang ini," ujar si sulung sambil setengah mengantuk.
"Jiah mau nyang inyi, Ami," dengan sedikit cadel, giliran si tengah yang request buku kesukaannya.
Membaca buku memang sudah jadi kebiasaan kami menjelang tidur. Kakak dan adik selalu minta dibacakan buku cerita. Diawali dengan berdoa lalu dilanjutkan dengan masing-masing memilih buku yang ingin dibacakan. Nyaris tiada waktu menjelang tidur yang terlewat tanpa membaca buku. Sejak awal, saya memang berusaha menumbuhkan minat baca anak saya, karena saya ingin mereka mencintai buku dan kegiatan membaca seperti saya.
Awalnya, saya hanya membacakan satu buku untuk berdua. Lama kelamaan, keduanya punya buku favorit masing-masing. Jadilah, paling tidak, saya akan membacakan minimal dua buah buku sebelum mereka tidur. Saya cukup lega, karena sejauh ini minat baca anak saya sangat baik. Walau keduanya belum bisa membaca, terkadang disela waktu bermain, mereka terlihat "membaca" buku sendiri.
Bagaimana cara saya membangkitkan minat baca anak saya?
Kebiasaan membaca tidak serta merta hadir dalam keluarga kami. Kebiasaan membaca buku sebelum tidur telah kami bangun sejak anak-anak masih sangat kecil. Kenapa baca buku menjelang waktu tidur? Karena menurut saya, membentuk kebiasaan menjelang waktu tidur itu lebih mudah, karena rata-rata anak memiliki waktu tidur yang teratur. Dengan demikian, anak pun jadi lebih teratur membaca saat kegiatan tersebut dijadikan ritual sebelum tidur.
Mengenalkan anak pada buku sedini mungkin
Anak-anak juga telah saya perkenalkan pada kegiatan membaca sejak usia yang sangat dini. Buku pertama saya berikan bahkan sejak mereka masih bayi. Bagi saya, semakin awal memperkenalkan anak pada buku dan kegiatan membaca, maka akan semakin baik. Kebiasaan yang ditanamkan sejak mula akan lebih mudah menetap dan bertahan lama, karena terbiasa anak pun jadi cinta. Kecintaan inilah yang kemudian membentuk kebiasaan dan begitu seterusnya. Saya yakin, yang namanya faktor internal jelas lebih kuat dan menetap dalam mempertahankan minat baca anak dibanding faktor eksternal. Karena alasan ini-lah, saya fokus untuk mengembangkan kecintaan buku pada anak-anak saya dari diri mereka sendiri.
Memilihkan Buku yang Sesuai
Dari mata, turun ke hati. Ungkapan itu rasanya juga berlaku dalam hal pemilihan buku. Terlebih anak-anak, mereka cenderung akan lebih menyukai buku-buku dengan gambar dan warna yang menarik. Itu kenapa, selain membangun ritual membaca sebelum tidur, saya juga memilihkan buku dengan gambar menarik dan warna-warna yang kontras untuk menarik minat baca anak saya.
Tentunya pemilihan buku berdasarkan bentuk fisiknya disesuaikan dengan usia anak. Di awal, biasanya saya berikan buku bantal yang aman untuk mereka. Setelah bisa duduk, saya baru membelikan mereka boardbook. Demi alasan keamanan saja sih, karena boardbook itu kan keras dan berat. Kalau sampai menimpa anak ketika sedang dibaca, rasanya pasti sakit.
Meskipun, isi cerita tetap harus diprioritaskan. Cerita yang sesuai dengan usia, baik dari segi konten maupun kemampuan baca menjadi faktor yang saya perhatikan dalam memilih bacaan untuk anak-anak saya.
 |
Saya sudah memperkenalkan buku pada anak-anak sejak bayi. Buku pertama yang saya berikan adalah buku bantal yang aman untuk bayi, tapi jangan tiru keisengan saya ya...hehe |
Membacakan buku dengan cara yang tidak biasa
Selain dari segi bukunya, kegiatan membaca juga harus diciptakan semenarik mungkin. Jangankan anak-anak, kita saja kalau dibacakan buku dengan intonasi yang datar, rasanya pasti bosan. Terkadang saya bahkan membacakan buku dengan menggunakan properti seperti boneka, jadi seolah-olah si boneka lah yang membacakan mereka cerita. Beberapa buku dengan kalimat yang pendek-pendek juga biasa saya bacakan dengan intonasi yang lebih intens dan gerak tubuh. Alasannya, agar proses membaca lebih dinamis dan tidak bikin bosan. Cara ini termasuk yang cukup efektif membuat anak-anak saya "nagih" baca buku. Mereka pun jadi memiliki minat baca anak yang tinggi.
Bersinergi dengan Teknologi
Sering sekali saya dengar, orang tua mengeluhkan anaknya yang malas membaca karena lebih senang bermain gadget. Menurut saya, di zaman seperti ini kita susah mengisolasi anak-anak dari gadget. Kita sulit melarang anak-anak untuk tidak menggunakan gadget. Kasihan juga kan, saat teman-temannya maju karena paham menggunakan gadget, anak kita masih gaptek alias gagap teknologi.
 |
Sah saja mengenalkan anak pada gadget. Asal anak tetap didampingi dan diarahkan untuk menggunakan gadget secara positif serta dibekali dengan kemampuan manajemen diri yang baik. |
Maka dari itu, gadget jangan dijadikan musuh, tapi justru jadi bagian yang bersinergi dengan proses bermain dan belajar anak. Tentunya hal ini tidak mudah. Sebagai orang tua, kita perlu mengajarkan anak untuk memiliki pengendalian diri dan disiplin dalam penggunaan gadget. Kemajuan teknologi bukan musuh minat baca anak, kalau kita bisa membekali anak dengan kemampuan manejemen diri. Justru kemajuan teknologi memudahkan anak untuk mengakses buku dengan mudah dan murah.
Aplikasi Let's Read memudahkan anak mengakses buku cerita berkualitas
Saya punya cerita menarik ketika mudik lebaran setahun lalu. Baru kali ini, kami mudik tanpa si mbah, karena beliau sudah berangkat lebih dulu. Sejujurnya, saya tuh deg-degan membayangkan dua anak balita akan rewel secara bersamaan saat macet panjang. Suami tentu tidak akan bisa membantu saya menenangkan anak-anak kalau mereka rewel. Jangankan membantu, pulang kampung saat itu, suami malah jadi single fighter menyetir sehari semalam.
Di tengah kebosanan anak-anak, senjata saya biasanya membacakan mereka buku cerita. Namun, berhubung perjalanan cukup panjang, mereka akhirnya bosan juga, karena buku yang sama dibaca berulang-ulang. Lalu, saya baru teringat, di salah satu grup Whatsapp (yang isinya mayoritas ibu-ibu, hehe), pernah ada yang merekomendasikan aplikasi Let's Read, yang isinya buku bacaan anak-anak.
Segera deh saya install aplikasi Let's Read. Ternyata bukunya banyak buaaangeet. Saya juga bisa memilih buku sesuai dengan tingkat kemampuan baca anak-anak saya. Ditambah lagi, kita bisa memilih bahasa yang ditampilan di buku cerita. Pilihan bahasanya juga banyak, mulai dari bahasa indonesia, bahasa inggris bahkan bahasa daerah. Ini mah... bukan cuma anak-anak, saya pun jadi semangat mengeksplor aplikasi ini. Sejak hari itu, selain buku fisik, saya pun jadi sering menggunakan aplikasi Let's Read untuk membacakan cerita pengantar tidur pada anak-anak saya.

Setelah peristiwa itu, selang beberapa bulan saya dapat pesan di salah satu grup Whatsapp penulis. Di situ disebutkan sedang ada pembukaan kesempatan bagi para penulis untuk mengikuti Lokakarya Pengembangan Cerita Bergambar yang diselenggarakan oleh Letsread.Indonesia. Saya tidak ikutan sih, hanya memantau dari Instagram karena memang saya follow Letsread.Indonesia. Dari situ saya jadi berpikir, MasyaAllah ya... buku-buku digital di aplikasi ini benar-benar dipersiapkan dengan serius dan sangat matang. Sudah begitu bisa diakses secara murah dengan modal kuota saja. Menurut saya ini aplikasi membaca yang niat banget.
Dengan keberadaan aplikasi Let's Read, saya jadi sangat terbantu untuk bisa menyediakan buku bacaan untuk anak-anak, terutama yang saya bacakan sebelum tidur. Sesekali saya tetap beli buku fisik untuk variasi bacaan anak. Namun, jika saya bepergian dan butuh banyak bekal hiburan anak-anak, andalan saya ya aplikasi Let's Read. Saya jadi serasa membawa rak buku bacaan anak-anak saya dalam genggaman. :)
Buku memang jadi bawaan harus selalu ada bagi kami sekeluarga. Baca buku sudah menjadi suatu kewajiban bagi anak-anak saya. Bukan saya lho yang mewajibkan, tapi justru anak-anak yang tidak bisa lepas dari kebiasaan membaca, terutama saat menjelang tidur. Saya bersyukur, ternyata kebiasaan sederhana membaca minimal satu buku saja dalam sehari bisa membuat anak-anak saya ketagihan membaca. Mungkin pengalaman saya ini bisa jadi trik bagi Moms yang ingin mencoba menumbuhkan minat baca anak Anda? Semoga bermanfaat, ya! ;)
Saya baru tahu loh aplikasi let's read ini.
BalasHapusBoleh juga nih buat digunakan bareng anak-anak, pas mereka tiduran gitu.
Sayangnya tablet di rumah ada beberapa, tapi semuanya rusak hahaha.
Padahal kalau baca di tablet kan lebih lega gitu :D
Wkwkwk... iya sih... kalau pakai tablet kan gede ya... tapi pakai hape pun udah cukup nyaman sih tampilannya menurutku.
HapusSaya udah kenal aplikasi Let's Read ini dari tahun lalu Mbak Cempaka, anak2 saya Alhamdulillah seneng banget, terutama fabel2nya hehe... trus banyak pilihan bahasanya pula ya
BalasHapusWah... sama Mbak. Dari tahun lalu install aplikasi Let's Read. Anak-anak saya juga senangnya fabel. Mungkin karena anak2 cenderung suka sama binatang kali yaaa....
Hapus