Anakku kok enggak kayak anak tetangga, ya? Dia sudah kelihatan bakatnya apa, anakku sampai sekarang kayaknya begini-begini aja.
Suka enggak sih dengar keluhan ibu-ibu yang macam begini? Atau jangan-jangan kita sendiri pernah ngeluh kayak gitu? Membandingkan anak dengan anak lain memang paling gampang, karena tolok ukurnya kelihatan mata. Namun, apa iya yang kita bandingkan itu memang sesuai dengan kenyataannya. Untuk saya pribadi, dari pada sibuk membandingkan dan mencari kurangnya anak, lebih baik saya fokus pada potensi yang mereka miliki. Terdengar simpel ya... tapi sesungguhnya hal kayak gini enggak mudah dilakukan bahkan oleh ibu yang sudah beranak tiga kayak saya.
Menemukenali potensi anak itu butuh usaha. Anda yang punya anak lebih dari satu pasti merasakan tantangannya. Bagaimana anak-anak bisa adil dikembangkan? Saat beranak satu, saya bisa begitu fokus pada si kakak karena waktu saya hanya untuknya. Akan tetapi, setelah kedua anak saya yang lain lahir, cerita pun jadi sedikit berbeda. Saya kesulitan untuk menstimulasi potensi masing-masing anak. Ditambah lagi, menyediakan stimulasi untuk anak itu butuh waktu dan tenaga ekstra.
Baca juga: STIMULASI ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN
Sampai akhirnya saya menyadari satu hal. Semua itu sulit dilakukan kalau saya enggak punya catatan perkembangan masing-masing anak. Bagaimana saya bisa memahami stimulus apa yang cocok buat masing-masing anak kalau saya enggak punya catatan aktivitas mereka? Setiap anak kan punya kebutuhan, ketertarikan dan potensi masing-masing. Dari situ, saya mulai mengumpulkan dan membuat portofolio anak. Saya mendokumentasikan hasil karya anak-anak saya dan membuat catatan perkembangan mereka.
Apa Itu Portofolio Anak?
Dikutip dari laman Rumah Inspirasi, portofolio anak adalah dokumentasi dari karya nyata yang dibuat oleh anak baik dalam bentuk gambar, foto, video dan bentuk lainnya. Portofolio ini berisi hasil karya dari keterampilan spesifik yang dimiliki oleh anak. Hal ini tentu berbeda dengan capaian akademis di sekolah dalam bentuk ijazah. Karena ijazah diperoleh sebagai tanda sudah menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu, sedangkan pada portofolio anak, yang menjadi titik berat adalah penguasaan skill atau keterampilan.
Manfaat Membuat Portofolio Anak
Untuk apa sih repot-repot membuat portofolio anak?
Secara umum, membuat portofolio anak dapat membantu memberikan gambaran tentang keterampilan yang dikuasai anak. Hal ini juga bisa membantu orang tua untuk lebih memahami perkembangan buah hatinya. Lebih jauh lagi, portofolio anak juga dapat dijadikan pegangan untuk pengembangan keterampilan anak selanjutnya.
Bagi saya pribadi, selain hal-hal di atas, membuat portofolio anak juga membantu saya untuk fokus pada perkembangan anak saya masing-masing. Sebagai orang tua, saya lebih sedikit membandingkan anak saya dengan anak lainnya, karena saya tahu bahwa setiap anak memiliki kelebihannya sendiri. Saya menjadi orang tua yang lebih bersyukur dan menerima anak-anak saya apa adanya.
Bentuk Portofolio Anak
Seperti yang sudah dibahas di atas, ada banyak bentuk media yang bisa dikumpulkan untuk membuat portofolio anak. Menurut saya, membuat portofolio anak itu enggak perlu ribet dan baku. Kecuali, Anda ingin menggunakan portofolio itu sebagai rujukan untuk merekomendasikan anak Anda dalam sebuah kegiatan khusus. Anda bisa membuat senyamannya, yang terpenting adalah Anda memiliki catatan (record) sebagai rujukan yang membantu Anda dalam memberikan stimulasi untuk anak-anak.
Berikut ini adalah beberapa cara yang saya lakukan untuk mendokumentasikan dan mengumpulkan portofolio anak-anak saya.
Catatan Perkembangan
Saya mulai dengan cara yang paling sederhana, yaitu membuat catatan perkembangan anak. Catatan ini saya buat dalam bentuk peristiwa yang saya saksikan ketika bersama anak-anak. Saya buat demikian untuk mengurangi penilaian atau judgment pribadi.
Membuat diary untuk mencatat perkembangan buah hati |
Catatan ini sederhana banget sih, saya buat dalam tiga aspek, yaitu kognisi, psikologis dan akhlak. Kognisi adalah aspek yang berhubungan dengan perkembangan kemampuan yang sifatnya akademis, misalnya kemampuan membaca, menulis termasuk perkembangan psikomotorik. Aspek psikologis adalah aspek yang berhubungan emosi anak, misalnya bagaimana anak bisa mengekspresikan perasaannya dengan sesuai serta bagaimana perkembangan kemandirian anak. Terakhir, adalah aspek akhlak yang berhubungan dengan kemampuan sosial anak, misalnya bagaimana ia bersikap terhadap orang lain dan lain sebagainya.
Catatan ini berbentuk diary yang saya perbarui setiap hari. Saya sediakan 1-2 halaman per anak untuk mencatat perkembangan ketiga aspek tersebut.
Foto dan Rekaman Video
Cara ini juga terbilang mudah. Cukup dengan mendokumentasikan kegiatan atau karya anak dengan cara difoto atau di-video-kan. Dulu saya cukup rajin mengupload kegiatan anak-anak saya di sosial media @mari.main.yuk. Dengan harapan, kegiatan yang saya lakukan bersama anak-anak bisa menginspirasi orang lain. Namun, berhubung saya enggak bisa selalu aktif di sosial media, akhirnya video dan foto-foto yang saya dokumentasikan cukup disimpan untuk pribadi. Butuh komitmen ternyata ya bersosial media itu,hehe.
Salah satu bentuk dokumentasi kegiatan anak saya yang diupload di sosial media |
Wall of Fame
Anak-anak suka sekali membuat prakarya. Hasil prakarya yang mereka buat biasanya kami pajang di salah satu bagian rumah. Sengaja saya sediakan bagian dinding di kamar anak-anak untuk dipasangi semacam papan mading. Di situ adalah tempat anak-anak saya menempel hasil karya mereka. Agar enggak terlalu padat, secara reguler hasil karya mereka ditukar dengan yang baru. Selain supaya enggak kelihatan berantakan, hal ini juga membantu anak-anak saya agar selalu produktif menghasilkan karya baru.
Salah satu bagian dinding rumah yang dijadikan tempat untuk menempel hasil karya anak-anak |
Membuat portofolio anak sangat mudah dan manfaatnya pun banyak. Saya juga sering membaca ulang dan menelaah kembali dokumentasi yang telah saya kumpulkan. Kadang hal itu membuat saya kembali teringat dengan momen keberhasilan atau kegagalan mereka. Ya, memang yang saya catat enggak hanya kelebihan-kelebihan saja. Kita enggak perlu berlebihan menilai kemampuan anak, seperti kita juga enggak perlu meremehkan mereka. Anak harus diterima dengan segala baik dan buruknya. Karena pada dasarnya, setiap anak adalah anugerah yang membawa fitrah yang baik, tinggal bagaimana kita membantu mereka membentuk pribadi yang sebaik-baiknya dari versi masing-masing anak.
Aku termasuk telat ngumpulin portofolio anak ini...sekarang mereka dah remaja, huhuhu. Tapi setuju tugas kita membantu mereka membentuk pribadi yang sebaik-baiknya dari versi masing-masing anak, karena tiap anak istimewa
BalasHapusWah bener juga ya portofolio anak penting juga ya buat kenangan di hari depan boleh deh nanti di coba untuk anak kaka ku maksih tipsnya mbak
BalasHapusRajin banget Mbaa 😳 saya sempet ngumpulin portofolio anak, cuma tercecer pas pindah rumah. Huhu. Sekarang belum lagi bikin portofolio anak, nanti cobain lagi deh sekalian sama catatannya kayak Mbak gitu rapih bener..
BalasHapusKognisi, psikologis, akhlak.
BalasHapusSiaappp, tiga hal ini yg kudu jelas dijembrengin di portofolio anak ya.
Bismillah, daku mau coba juga aahhhh
Kalau punya anak nanti, aku juga akan membuat portofolio anak agar kita bisa tahu perkembangan anak secara tercatat. Bagus buat catatan harian juga sehingga kalau dia besar nanti pas baca tahu bagaiamana perkembangan dirinya sendiri sewaktu kecil.
BalasHapusKreatif sekali bun, tidak pernah terpikir hasil karya anak bisa dikumpul dan jadi portfolio untuk mengetahui tumbuh kembangnya. Tapi memang benar, kita jadi bisa tahu kemampuan anak lewat coretan dan ureg2an dia.
BalasHapuswah keren, mbak. jadi kepikiran nih pengen bikin juga buku khusus perkembangan anak. selama ini saya cuma bikin video atau foto sih kalau mereka berhasil melakukan sesuatu kayak naik sepeda atau apa gitu
BalasHapusMasyaAllah.. emang sebenernya penting banget membuat portofolio anak ini. Dulu aku rajin mbak, ya walaupun sekedar foto. tetap[i semenjak mereka sekolah udah jarang melanjutkannya lagi.
BalasHapusMashaAllah~
BalasHapusAku jadi ingat salah satu buku yang aku baca "Hasan Al-Banna" dan ini mengajarkan kebaikan untuk membuat portofolio anak agar orangtua mengajarkan sesuai dengan fitrah ananda.
Thanks kak dengan membuat Porto folio anak akanmembuat kitakembali teringat dengan momen keberhasilan atau kegagalan anak-anak Kita. Jadi remainder buat Kita juga ya kak
BalasHapusBisa jadi inspirasi banget nih mbak... Nanti kalau sudah diberi momongan aku mau terapkan ide-idenya. Terima kasih ya mbak...
BalasHapusSaya orangnya tidak telaten. Padahal dari lahir udah mengumpulkan hal hal terkait anak. Termasuk foto dan video.
BalasHapusEh apa daya laptop dan ponsel yang menyimpan semua memori itu dicuri maling semua. Hilang deh semua portofolio anak. Kecuali yang udah published di sosmed kali ya itu saja kini yang tersisa
wow keren banget kak, aku gak terpikir buat diary untuk portofolio anak, kadang dapat tugas dari guru juga dibantu aja, belum ada dokumentasi, terimakasih kak pencerahannya
BalasHapusya ampun rajin sekali mbak. dulu karena aku guru terbaisa mengamati siswa2ku makanya aku selalu mengamati anak2ku dengan baik. dan bisa tahu anak2 ini potensinya sperti apa
BalasHapusBener juga nih kudu ada catatan perkembangan anak dalam porto folio anak. Suip thx mba mau ah ikutan juga walau terbilang telat.
BalasHapus