Orang tua tentu ingin anaknya tumbuh menjadi orang yang sukses. Saya pribadi misalnya, berharap anak-anak saya bisa bertahan di tengah ketatnya persaingan di masa depan. Paling enggak, mereka punya dorongan untuk terus menerus menjadi orang yang lebih baik. Keinginan semacam itu enggak akan bisa terbangun tanpa adanya motivasi. Menurut riset yang pernah saya baca, motivasi intrinsik atau dorongan yang datang dari dalam diri, akan jauh lebih kuat dan bertahan pada diri seseorang dibandingkan motivasi dari luar. Namun, membangun motivasi anak tentu enggak mudah.
Terkadang prosesnya agak serba salah, terlalu mendorong bisa membuat anak merasa tertekan. Akan tetapi, jika kita terlalu memberi keleluasaan, enggak semua anak mampu untuk bisa menumbuhkan motivasinya sendiri. Itu kenapa peran orang tua sangat penting. Bukan hanya sebagai role model, tapi juga sebagai pemantik motivasi anak itu sendiri.
Mengapa Motivasi Intrinsik Lebih Bertahan?
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan individu. Motivasi intrinsik mendorong individu untuk bergerak aktif ke arah tujuan tertentu tanpa harus ada rangsangan dari luar. Motivasi ini hadir karena adanya minat, hasrat dan cita-cita masing-masing individu.
Karena dorongannya yang berasal dari dalam diri, motivasi intrinsik akan lebih bertahan dalam diri seseorang karena terkait langsung dengan value dan keinginannya. Beberapa penelitian juga menunjukan bahwa motivasi intrinsik mendorong orang untuk lebih tekun dan pantang menyerah untuk mencapai tujuannya.
Cara Membangun Motivasi Anak
Meskipun berasal dari dalam diri, bukan berarti motivasi intrinsik enggak bisa dipantik dari luar. Sebagai orang tua, kita bisa lho membantu anak untuk menumbuhkan motivasi intrinsiknya. Dari pada hanya sekadar memberi reward berupa hadiah atau pujian, orang tua dapat menjadi fasilitator bagi anak untuk menemukan insight dan tujuan hidup. Kesadaran akan tujuan hidup ini yang kemudian bisa menumbuhkan motivasi anak dari dalam.
Bagaimana cara membangun motivasi anak?
Dilansir dari The Big Life Journal ada beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua untuk menumbuhkan motivasi anak, yaitu:
Bantu anak menemukan passion-nya
Sebelum menumbuhkan motivasi itu sendiri, anak tentu perlu mendapat gambaran yang jelas terkait tujuan hidupnya. Logika sederhananya adalah bagaimana seseorang mau terdorong mengejar sesuatu sedangkan ia sendiri enggak tahu mau mengejar apa. Mulailah dengan mengajak anak membuat daftar hal-hal yang ia sukai dan hal-hal yang ia kuasai. Kemudian, ajak anak untuk menyelami daftar tersebut, kira-kira apa yang paling ia suka dan bisa ia lakukan hingga masa yang akan datang.
Mengajak anak untuk membuat gol
Sudah menemukan hal yang menarik minat anak, lalu apa lagi? Ajak anak untuk membuat gol atau tujuan hidup. Saya ingat bagaimana ayah saya menyuruh kami, anak-anaknya, untuk selalu membuat tujuan hidup tertulis. Secara berkala, ayah saya akan meminta kami mengevaluasi sejauh mana gol tersebut tercapai dan apakah masih relevan di masa depan. Kebiasaan ini sangat membantu saya saat ini. Alhamdulillah, saya hampir enggak pernah hilang tujuan hidup. Meski enggak selalu tercapai, namun saya selalu tahu apa yang saya inginkan dalam hidup ini.
Kebiasaan ini sedikit demi sedikit saya terapkan pada anak-anak saya. Dengan harapan, mereka mendapat gambaran yang jelas tentang keingianan dan cita-cita mereka nanti. Jika sudah begitu, urusan motivasi seharusnya enggak menjadi masalah, karena tujuan itu yang akan memberi dorongan pada mereka sendiri.
Mendorong dan memfasilitasi anak untuk berpikir sendiri
Saat mengajak anak untuk menelaah tujuan hidupnya, jangan tergoda untuk menyetir anak. Ingatlah bahwa ini kehidupan anak kita. Jangan jadikan mereka perpanjangan mimpi-mimpi pribadi kita yang belum tercapai di masa lalu. Alih-alih mengarahkan anak pada bidang tertentu, bagaimana kalau mengajak anak untuk menemukan keinginannya sendiri?
Tetapi, bagaimana kalau anak saya enggak tahu apa yang ia inginkan?
Ajak anak untuk mengeksplorasi banyak bidang untuk membantunya mengenali minat dan bakatnya |
Menurut saya, menentukan gol memang enggak bisa ditentukan sekali jalan. Jangankan anak-anak, kita yang dewasa pun butuh sedikit waktu, bukan? Bersabarlah sambil terus bantu anak untuk menemukan apa yang benar-benar ia inginkan. Saya teringat sebuah materi yang dibawakan di sebuah seminar parenting. Narasumber seminar tersebut menyebutkan, sebelum usia remaja, penting bagi anak untuk mencicipi berbagai kegiatan yang beragam dalam hidupnya. Dengan begitu, saat ia memasuki usia remaja, ia diharapkan sudah dapat memiliki kematangan tujuan. Jadi, bagi saya dan Anda yang anaknya belum mencapai usia tersebut adalah saat yang tepat untuk memberikan stimulasi kegiatan seberagam mungkin pada ananda. Hal ini akan membantu mereka mendapat gambaran tentang keinginan mereka di masa depan dan apa yang menarik minat mereka.
Berkolaborasi
Hindari terlalu mengatur
Saat membuat papan mimpi, bebaskan anak kita untuk berkreasi. Papan ini akan menjadi papan istimewa untuk mereka. Jadi biarkan papan ini dibuat sesuka hati yang hasilnya dapat ia nikmati. Papan mimpi ini haruslah dapat menarik perhatian ananda setiap hari. Afirmasi positif yang diberikan oleh papan mimpi enggak akan berdampak jika ananda enggak merasa tertarik dengan papan mimpi buatannya. Jadi, selain penempatannya yang strategis, papan ini juga harus mampu menarik perhatiannya untuk dilihat setiap hari.
Beri ruang bagi anak untuk menentukan sendiri mimpinya, hindari terlalu mengarahkan anak. |
salah satu bentuk nyata dari pentingnya peran orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya salah satunya dengan membangun motivasi anak. dari artikel ini saya banyak belajar ternyata cara membangun motivasi anak tidak melulu dengan memberikan reward aja. bagus banget nih ulasannya buat dibaca dan diterapkan oleh para orang tua yang pengen ikut andil dalam pendidikan anak-anaknya.
BalasHapusSeru-seru! Motivasi intrinsik itu yang muncul dari dalam diri sendiri gitu kan ya? Emang paling enak kalau anak udah nemu apa yang paling dia minati, pasti serius dan niat sendiri menekuninya..
BalasHapusDengan anak pertama saya mengalami roller coaster soal membangun motivasinya, apalagi ketika ayah dan anak memiliki tujuan yang tak sejalan. Tapi berkah perbaikan komunikasi, alhamdulillah sekarang semua bisa sejalan. Dampak positifnya si kakak lebih semangat dan lebih terbuka, kami sebagai ortu juga lebih tenang dan semangat memberikan dukungan.
BalasHapuswah terima kasih sharingnya, mbak. kebetulan anakku umurnya 4 tahun kayaknya sudah mulai bisa ya diajarin cara memotivasi diri kayak gini. trus kulihat cara ini juga bisa dipakai buat diri sendiri agar bisa mencapai hal-hal tertentu dalam hidup kita
BalasHapusBanyak sekali belajar dari anak.
BalasHapusBahwa ada banyak sikap kita yang mungkin mengecewakan mereka. Tapi dengan membaca artikel parenting begini, jadi semakin mengingatkan akan pengasuhan yang dilakukan sepanjang masa, tanpa henti.
Bener ya teh cempaka, motovasibyg dibangun dari dal itu lebih lama bertahannya. Walaupun sering saya ketika jadi orangtua khilaf karena ingin cara cepat, anak2 ceoeat nurut jadi sekadar perintah dan menghindarkan Omelan ortu. Ya Allah Rabbi habbliminassolihij ya .semoga kita dikaruniai anak yg kuat fisik mentalnya juga
BalasHapusBenar sekali. Bila anaknsudah tahu apa yang ia mau, tidak akan ada kebingungan berarti ketika tiba waktunya untuk kuliah.
BalasHapusUsaha orang tua dalam memberi support yakni membantu anak dalam mencari passion atau minatnya. Bener banget...ortu harus mendampingi dan ikut mengarahkan ya mba, agar anak lebih yakin lgi dengan kemampuannya.
BalasHapus